(SEJARAH) Dilakukan melalui
tradisi lisan, dimana pengertian tradisi lisan itu sendiri adalah sebagai
berikut.
Ø
Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat,
menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari
seseorang kepada orang lain.
Ø
Tradisi lisan dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari satu
generasi ke generasi yang lain,dst.
Ø
Menurut Kuntowijoyo,tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa
lampau masyarakat manusia.
Tradisi sejarah
masyarakat sebelum menggenal tulisan merupakan tradisi dalam mewariskan
pengalaman masa lalu serta pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan
adat istiadat, kepercayaan, nilai moral pada generasi mereka sendiri dan
generasi yang akan datang melalui tradisi lisan, peringatan-peringatan berupa
bangunan serta alat hidup sehari-hari. Tradisi lisan mengandung
kejadian-kejadian sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, cerita
khayalan, peribahasa, lagu dan mantra, serta petuah leluhur.
Tradisi lisan ada
sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum mengenal tulisan
tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya.
Sebagai contoh tradisi
lisan:
· Aktivitas bercocok tanam sampai sekarang masih ada karena diwariskan secara
bertahap dan turun temurun dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya.
· Aktivitas membuat gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang
semakin berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya?
1. Cara Masyarakat Mewariskan Masa Lalunya
Proses pewarisan
kebudayaan pada masyarakat yang eblum mengenal tulisan dilakukan melalui
keluarga dan masyarakat atau orang lain disekitarnya.
a. Keluarga
Penggenalan dilakukan
dari hal-hal sederhana yang mudah dipahami seperti:
· aspek-aspek material (benda buatan manusia yang dapat diraba dan dilihat)
· hingga proses pengenalan yang lebih rumit yaitu kebudayaan non material
(kepercayaan, nilai, norma, dan bahasa).
Pewarisan tersebut dilakukan
dengan cara sosialisasi adat istiadat/kebiasaan baik secara:
§
langsung (secara lisan diberitahukan mengenai tradisi dan adat istiadat yang
berlaku)
§
tidak langsung (dengan memberi contoh dalam hal perilaku sehari-hari).
§
Selain disampaiakan secara lisan, juga dilakukan melalui cerita atau dongeng
(sebab dalam dongeng disisipkan pesan-pesan mengenai nilai-nilai atau sesuatu
yang dipandang baik untuk dilakukan maupun mengenai sesuatu yang dipandang
tidak boleh dilakukan.
b. Masyarakat
Masyarakat merupakan
sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan
berinteraksi dalam suatu hubungan sosial yang tersetruktur.
Masyarakat mewariskan
masa lalunya melalui:
Ø
Tradisi dan adat istiadat (nilai,norma yang mengatur perilaku dan hubungan
antar individu dalam kelompok).
Adat istiadat yang
berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota masyarakat di daerah
tersebut. Adat istiadat sebagai sarana mewariskan masa lalu terkadang yang
disampaikan tidak sama persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami
berbagai perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar untuk
terus dikembangkan dan diperbaharui.
Ø
Nasihat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasihat tersebut
melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan kemudian disampaikan secara
lisan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Ø
Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki kemampuan lebih
dalam menaklukkan alam) dalam masyarakat.
Contoh:
Adanya keyakinan bahwa
roh-roh harus dijaga, disembah, dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk
sesaji.
Pemimpin kelompok
menyampaikan secar lisan sebuah ajaran yang harus ditaati oleh anggota
kelompoknya.
Ø
Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa
lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam.
Semuanya itu dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya hanya dengan
melihatnya.
Contoh:
Benda-benda (kapak
lonjong) dan berbagai peninggalan manusia purba dapat menggambarkan keadaan
zaman masyarakat penggunanya.
Ø
Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejarah
lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang
mereka buat.
Seperti:
Menhir (tugu batu),
merupakan tugu peringgatan bagi generasi yang akan datang behwa di tugu
tersebut terdapat arwah nenek moyang yang harus disembah.
2. Jejak-jejak Sejarah Masyarakat Indonesia sebelum
Mengenal Tulisan
Folklor, Mitologi,
Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian
kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah
(historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman.
Terdapat sejarah di
dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan manusia
yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.
a. Folklor
Folklor adalah tradisi
lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat
yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Ciri-ciri folklor:
1.
Folkor diciptakan,
disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
2.
Folklor bersifat
tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap,
disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling
sedikit 2 generasi).
3.
Folklor menjadi milik bersama
dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui
sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak
diketahui penciptanya)
4.
Folklor mempunyai
kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur
lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
5.
Folklor terdiri atas
banyak versi
6.
Mengandung pesan moral
7.
Mempunyai
bentuk/berpola
8.
Bersifat pralogis
9.
Lugu, polos
Menurut Jan Harold
Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam
tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang
bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara
lisan.
Folkor jenis ini
terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam
suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam
hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan
tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman
yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan.
Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan
tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes,
teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih
unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya
sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu
orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa
rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun
temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda,
dongeng.
(f) Nyanyian
rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat
yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi
rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari
dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti:
lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor
Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang
bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal
juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan
rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak
berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur
kata.
(b) Permainan
rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak
disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel,
main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama
ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan
sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap
memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3) Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang
bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya
meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur merupakan
sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat
Awalnya dibuat hanya
sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional
b. Mitologi
Mite (myth)
berarti cerita yang
memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang
benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib, dan umumnya
ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.
Mitologi
adalah ilmu tentang
kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa,
dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan.
Peristiwanya terjadi di dunia lain,
atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi
pada masa lampau yang lama.
Cerita yang dimilki
setiap suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan sejarah kehidupan
masyarakat di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat menempati suatu daerah.
Kisah tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut,
bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta petualangan para
dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang mereka, dunia
dewata, makanan pokok.
Cerita-cerita yang
terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya terdapat unsur-unsur
sejarahnya.
Contoh mite:
Dewi Sri dari Jawa
Tengah dan Bali
Nyai Pohaci dari Jawa
Barat
Nyai Roro Kidul Laut
Selatan dari Yogyakarta
Mado-Mado (lowalangi) dari
Nias
Wahadi dari Timor.
Mitos di Indonesia dibagi menjadi 2 macam berdasarkan
tempat asalnya, yakni:
1)
Asli Indonesia
2)
Berasal dari luar negeri terutama dari India, Arab, dan kawasan Laut Tengah.
Mitos dari luar negeri
umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi
keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi.
Sebagai contoh:
Orang jawa telah
mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan pahlawan
Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos Ramayana
dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa
dan bukan di India.
c. Legenda
Legenda adalah prosa
rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang
sungguh-sungguh pernah terjadi.
· Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu
lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
· Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar
biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
· Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun
dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat
mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
· Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan
bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis
(tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.
· Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau
petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula
berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat
yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya
dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya.
Contoh Legenda:
Legenda Sunan Bonang,
Tangkuban Perahu (Sangkuriang) dari Jawa Barat, Putmaraga dari Banjarmasin
(Kalimantan), Pinisi (Sawerigading) dari Sulawesi, Hang Tuah dari Aceh.
Jan Harold Brunvard
menggolongkan legenda menjadi 4 kelompok, yaitu:
(1) Legenda keagamaan (religious legend)
Termasuk dalam legenda
ini adalah legenda orang-orang suci atau saleh (hagiografi). Hagiografi
meskipun sudah tertulis tetapi masih merupakan folklor sebab versi asalnya
masih tetap hidup diantara rakyat sebagai tradisi lisan.
Contoh: Legenda Wali
Songo.
(2) Legenda Alam Gaib
Legenda ini berbentuk
kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang, berfungsi
untuk meneguhkan kebenaran”takhyul” atau kepercayaan rakyat.
Contoh: kepercayaan
terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-tempat gaib.
(3) Legenda Setempat
Legenda yang
berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk topografi, yaitu
bentuk permukaan suatu daerah.
Contoh: terbentuknya
Danau Toba.
(4) Legenda Perseorangan
Cerita mengenai
tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar pernah
terjadi.
Conto: Legenda Panji
yang berasal dari tradisi lisan yang sering berintegrasi dengan dongeng
“Ande-ande Lumut” dan dongeng ‘Kethek Ogleng”
d. Dongeng (folktale)
Dongeng merupakan prosa rakyat
yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita. Dongeng
tidak terikat oleh waktu maupun cerita.
Dongeng adalah”cerita
pendek” kolektif kesusastraan lisan.
Diceritakan untuk
hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran
(moral), atau bahkan sindiran.
Tokohnya, biasanya
binatang (fables), seperti Si Kancil, maupun manusia seperti Bawang Merah dan
Bawang Putih.
Terkadang ada
pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng.
Contoh :
“Terjadinya Gunung
Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini cerita
Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif.
e. Lagu-lagu Daerah
Lagu adalah syair-syair
yang ditembangkan dengan irama yang menarik.
Lagu daerah adalah
lagu yang menggunakan bahasa daerah.
Ciri-cirinya:
Ø
Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
Ø
Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop)
Ø
Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian,
berbentuk tradisional.
Ø
Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang
cukup rumit.
Contoh:
Bungong Jeumpa,
Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh di Mato.
Fungsi nyanyian
rakyat:
1.
Kreatif, yaitu untuk menghilangkan kebosanan hidup sehari-hari untuk menghibur
diri dan untuk mengiringi permainan anak-anak.
2.
Sebagai pembangkit semangat, yaitu nyanyian untuk bekerja.
Holopis Kuntul Baris
(Jawa Timur), rambate Rata(Sulawesi Selatan)
3.
Sebagai protes sosial, yaitu proses mengenai ketidakadilan dalam masyarakat
atau negara bahkan dunia.
4.
Untuk memelihara sejarah setempat dan klan.
“hoho”(Nias),untuk
memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
Menurut Brunvand,
nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:
a.
Nyanyian rakyat yang berfungsi
b.
Nyanyian rakyat yang bersifat liris
Nyanyian bersifat
liris biasanya sebagai pencetusan rasa haru pengarangnya (anonim). Nyanyian,
dibedakan menjadi dua yaitu:
- nyanyian rakyat
liris yang sesungguhnya, contoh: Lagu Cinte Manis
- Nyanyian rakyat
liris yang bukan sesungguhnya, contoh: Pok Ame-ame dan Oh Mama Saya Mau Kawin
dari Betawi.
c. Nyanyian
rakyat yang bersifat kisah
Contohnya:
Balada (sentimental) :
Pantun Sunda
romantik(tentang
cinta)
epos (kepahlawanan) :
Ramayana
f. Upacara
Upacara merupakan
rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu
(adat istiadat, agama, dan kepercayaan)
Contoh:
Upacara penguburan,
mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara
perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.
Fungsi Upacara:
1.
Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada
kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada
mereka.
Upacara tersebut juga
dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan gaib yang
seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Biasanya
terkait dengan legenda yang berkembang di masyarakat tentang asal usul mereka.
2.
Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka seperti tertuang dalam cerita
rakyat.
Contoh:
Upacara “Kasodo” oleh
masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo.
Upacara “Larung
Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut.
Upacara “ Seren Taun”
di daerah Kuningan
Upacara “ Mapang Sri”
di daerah Parahyangan
Macam-macam upacara:
· Upacara Membuat Rumah
Rumah dipandang
memilki nilai magis tersendiri yang diyakini memiliki kekuatan dan melindungi
kehidupan manusia. Sehingga, ketika pertama kali mendirikan rumah mereka
menggunakan berbagai macam sesaji yang dipercayai dapat mendukung keselamatan
keluarga atau orang yang mendirikan rumah, seperti di daerah Toraja, Bali, dan
Madura.
· Upacara kematian/ Penguburan
Muncul ketika adanya
kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ke suatu tempat yang
tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal. Contoh: tradisi penguburan
di suku Toraja.
· Upacara Perkawinan
Pada suku Minangkabau,
menganut garis keturunan matrilineal, sehingga upacara perkawinan dilangsungkan
di rumah keluarga istri. Berbeda dengan suku Batak dan Bali yang menganut garis
keturunan patrilineal dimana upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga
laki-laki.
Kehidupan manusia
berkaitan erat dengan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup meliputi lingkungan
biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik telah lama dimanfaatkan oleh manusia
untuk menunjang kehidupannya. Sejak masa praaksara, manusia telah menggunakan
perangkat-perangkat yang diperoleh dari alam untuk mencari makan dan
mempertahankan kehidupannya. Perangkat-perangkat itu saat itu menjadi bukti
sejarah peradaban nenek moyang kita. Bagaimana kita dapat mengenali sejarah
perkembangan peradaban nenek moyang kita? Setiap negara di dunia mempunyai
sejarah yang berbedabeda. Sejarah masing-masing negara dapat diketahui dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya. Sejarah dicatat berdasarkan sumber-sumber
yang menunjukkan adanya suatu peristiwa tertentu pada masa lalu. Sumber-sumber
tersebut sebagai berikut.
1. Sumber lisan, yakni
keterangan langsung dari orang-orang yang mengalami atau mengetahui suatu
peristiwa pada masa lalu.
2. Sumber tulisan,
yakni keterangan tertulis berupa catatan yang berasal dari suatu zaman,
misalnya prasasti, dokumen, piagam, naskah, surat kabar, dan laporan.
3. Sumber benda, yakni
benda-benda yang berasal dari suatu zaman tertentu, misalnya bangunan, senjata,
perkakas dari batu, patung, perhiasan, dan candi.
Masa sejarah dimulai
sejak dikenalnya tulisan sehingga masa sebelumnya disebut juga masa pra-aksara.
Karena itu, awal masa sejarah setiap bangsa tidak sama. Misalnya bangsa Mesir
memasuki masa sejarah sejak abad ke-4 Sebelum Masehi (SM), karena pada masa itu
mereka telah meninggalkan catatan peristiwa dalam huruf bergambar atau pictogram. Sementara bangsa Indonesia baru memasuki masa sejarah abad ke-4 Masehi
(M) karena catatan tertua yang ditemukan di Indonesia berasal dari abad
tersebut yaitu prasasti Yupa dari Kerajaan Kutai, Kalimantan Timur.
1. Zaman Pleistosen dan Holosen
Ahli geologi menyebut
masa dua juta tahun terakhir sebagai kuaternair yang dibagi menjadi Pleistosen (2 juta–10.000 tahun
yang lalu) dan Holosen (10.000 tahun yang
lalu hingga sekarang). Pada zaman ini terjadi beberapa perubahan iklim di
seluruh dunia yang dinamakan glasial dan inter-glasial. Selama periode glasial, permukaan laut turun bahkan hingga 100 meter di
bawah permukaan laut sekarang.
a. Perpindahan Hewan dan Manusia
Perubahan permukaan
air laut pada masa glasial berdampak besar terhadap geografi fisik kepulauan
Indonesia. Daerah luas Laut Cina Selatan dan Laut Jawa yang dangkal (Dataran
Sunda) secara periodik menjadi daratan kering. Iklim (curah hujan dan pola
musim) mengalami perubahan hebat selama zaman Kuaternair, begitu pula lingkungan alam (paleogeografi dan vegetasi). Ketika
laut surut, terciptalah jembatan darat antara daratan utama Asia Tenggara dan
bagian barat Indonesia. Jembatanjembatan ini memungkinkan satwa mencapai bagian
selatan Nusantara sampai Pulau Jawa. Melalui tahap-tahap zaman Kuaternair,
jenis satwa mamalia di Pulau Jawa diperkaya dengan jenis-jenis baru. Fosil
satwa paling tua, berumur sekitar 1,8 juta tahun, berupa proboskidian (sejenis
dengan gajah modern), kuda nil, dan servida (tergolong rusa). Kemudian datang
jenis mamalia herbivora lain serta beberapa jenis karnivora. Homo
Erectus mungkin mencapai Pulau Jawa lebih dari satu juta tahun
yang lalu.
Evolusi lingkungan
purba tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan iklim. Gejala geologis seperti
letusan gunung api juga membawa perubahan besar pada bentang darat. Letusan itu
dari waktu ke waktu merusak vegetasi yang ada sehingga mengakibatkan terjadinya
kolonisasi lereng gunung oleh tanaman perintis. Pada saat yang sama, gempa
tektonis yang menyebabkan Pulau Jawa berbentuk seperti sekarang ini juga
menimbulkan perubahan besar pada wajah bumi. Akibat surutnya air laut,
hutan-hutan bakau dan rawa-rawa luas terbentuk di dataran rendah Jawa, tetapi
kemudian hilang diterpa letusan gunung api dan pengikisan.
b. Manusia Pertama
Pichecanthropus adalah manusia pertama yang menyeberang ke daerah khatulistiwa menjadi
penghuni Pulau Jawa. Evolusi manusia di Jawa berlangsung lebih kurang satu juta
tahun. Manusia pertama harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sering
berubah-ubah, yang kemungkinan besar sangat memengaruhi kehidupan dan
kebudayaan mereka.
2. Masa Prasejarah
Masa sebelum memasuki
masa sejarah disebut masa prasejarah atau masa pra-aksara. Zaman pra-aksara
disebut juga zaman Nirleka. Masa pra-aksara
tidak dapat dilacak berdasarkan sumber tulisan, karena pada masa tersebut belum
ada tulisan atau belum dikenal aksara. Namun, perkembangan kebudayaan manusia
masa tersebut dapat dilacak berdasarkan sumber-sumber yang berupa fosil yakni sisa-sisa makhluk hidup yang hidup pada zaman tersebut dan telah
membatu, serta artefakyakni alat-alat yang
digunakan pada masa tersebut.
Pembabakan kehidupan
manusia pada masa pra-aksara dapat dibagi menjadi beberapa zaman berdasarkan
teknologi yang digunakan. Pembabakan kehidupan manusia di zaman praaksara
adalah sebagai berikut.
a. Zaman Batu Tua
Zaman batu tua disebut
juga paleolitikum atau masa berburu dan meramu. Pada zaman ini, kehidupan
manusia masih sangat tergantung pada alam dan berpindah-pindah (nomaden). Makanan didapat dari sumber makanan yang ada di sekitar tempat tinggal.
Tempat tinggal manusia pada masa ini biasanya dekat dengan sumber air yang
berpohon banyak dan berelief datar. Alat-alat yang digunakan masih sangat
sederhana bentuknya dan terbuat dari batu atau tulang.
b. Zaman Batu Tengah
Zaman batu tengah
disebut juga mesolitikum atau masa berburu dan meramu tingkat lanjutan. Pada
zaman ini, manusia hidup di gua-gua dan masih berpindah-pindah. Makanan didapat
dengan cara berburu hewan-hewan liar dan buah-buahan dari pepohonan yang ada di
hutan. Manusia masih menggunakan alat-alat terbatas yang terbuat dari batu dan
tulang dengan bentuk yang lebih baik. Sumber daya alam masih mampu memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
c. Zaman Batu Baru
Zaman batu baru
disebut juga neolitikum atau masa bercocok tanam. Pada zaman ini, manusia mulai
mengenal bercocok tanam secara berladang dan tinggal menetap di dekat
ladang-ladang yang mereka buat setelah membabat hutan dengan sistem ladang
berpindah. Setelah berkali-kali panen dan kesuburan ladang berkurang, mereka
akan berpindah dan membuka ladang baru di tanah yang masih subur. Pada masa
ini, manusia mulai memelihara hewan ternak dan hidup dalam kelompok-kelompok
besar serta mulai mengenal kepemimpinan secara terbatas. Peralatan yang
digunakan masih terbuat dari batu yang berbentuk lebih baik dan diasah hingga
halus.
d. Zaman Logam
Zaman logam disebut
juga masa perunggu dan besi atau masa perundagian. Pada zaman ini, manusia
telah menetap dan mulai mengenal pembagian kerja berdasarkan keahlian tertentu.
Karena itu, kehidupan masyarakat pada zaman ini telah mengenal adanya pembagian
status berdasarkan jumlah kekayaan yang dimiliki. Manusia pada zaman ini juga
telah mengenal peralatan yang terbuat dari logam tertentu yang mudah didapat
seperti perunggu dan besi.
3. Manusia Purba
Keberadaan dan
kehidupan manusia purba dapat dilacak berdasarkan penemuan fosil-fosil tulang
yang telah menjadi batu dan benda-benda tertentu yang mereka gunakan sebagai
perkakas. Di Indonesia, telah ditemukan beberapa fosil manusia dari masa
Pra-aksara. Berikut ini, akan dipelajari beberapa fosil manusia purba yang
telah ditemukan di Indonesia.
a. Meganthropus
Palaeojavanicus
Pada tahun 1937,
seorang ahli antropologi Belanda bernama G.H.R. Von Koenigswald menemukan
sebuah tulang rahang dan gigi manusia di daerah Sangiran, tepi Bengawan Solo.
Berdasarkan penelitian, rahang manusia tersebut berasal dari masa sekitar 2–3
juta tahun yang lalu. Tulang rahang yang besar dan kuat menunjukkan bahwa
pemilik rahang tersebut adalah seorang manusia bertubuh besar dan tegap. Karena
itu, fosil manusia ini dinamakan Meganthropus palaeojavanicus yang berarti manusia besar dari zaman Batu di Jawa. Meganthropus
palaeojavanicus adalah fosil manusia
tertua yang pernah ditemukan di Indonesia.
b. Pithecanthropus
Erectus
Sebelum Von
Koenigswald menemukan Meganthropus palaeojavanicus, seorang ahli antropologi lain yang bernama Eugene Dubois berhasil menemukan
sebuah tengkorak di Desa Trinil, tepi Bengawan Solo pada tahun 1891. Penelitian
menunjukkan bahwa tengkorak tersebut berasal dari masa sekitar 23 juta–30.000
tahun yang lalu. Fosil tersebut menunjukkan bahwa pemilik tengkorak tersebut
berwajah bulat mirip kera dan berjalan tegak. Karena itu, fosil manusia ini
dinamakan Pithecanthropus erectusyang berarti menusia
kera yang berjalan tegak.
c. Pithecanthropus
Soloensis
Sebelum menemukan Meganthropus
palaeojavanicus, pada tahun 1931 Von Koenigswald juga berhasil
menemukan tengkorak dan tulang kering yang mirip dengan Pithecanthropus
erectus temuan Dubois. Fosil tersebut kemudian diberi nama Pithecanthropus
soloensis berarti manusia kera dari Solo yang ditemukan di
Sambungmacan dan Sangiran.
d. Pithecanthropus
Mojokertensis
Setelah menemukan Meganthropus
palaeojavanicus, di tahun 1937 Von Koenigswald kembali menemukan
tengkorak dan tulang kering yang mirip dengan Pithecanthropus erectus dan Pithecanthropus soloensis, namun dari ukurannya
diperkirakan bahwa fosil yang ditemukan tersebut masih anak-anak. Fosil
tersebut kemudian diberi namaPithecanthropus mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto.
e. Homo
Soloensis
Hampir bersamaan
dengan penemuan Meganthropus palaeojavanicus, Von Koenigswald
menemukan pula sebuah tengkorak manusia yang memiliki volume otak lebih besar
dari manusia-manusia jenis Pithecanthropus. Struktur tengkorak
manusia ini tidak mirip dengan kera. Karena itu, fosil ini diberi nama Homo
soloensis yang artinya manusia dari Solo.
f. Homo
Wajakensis
Fosil tengkorak manusia
yang mirip dengan penemuan Von Koenigswald pernah pula ditemukan sebelumnya
oleh seorang penambang batu marmer bernama B.D. Von Rietschotten pada tahun
1889. Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan diberi nama Homo
wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Selain berbagai macam
fosil sisa-sisa kehidupan manusia, kehidupan pra-aksara di Indonesia dapat pula
dilacak melalui penemuan perkakas yang digunakan oleh manusia pada masa lalu
tersebut. Di Indonesia, hingga kini masih sering ditemukan perkakas-perkakas
yang diperkirakan pernah digunakan oleh manusia purba.
c) Homo
Homo Sapiens Wajak I
ditemukan dekat Campur-darat Tulungagung Jawa Timur oleh Van Rietschoten tahun
1889, terdiri atas tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah
ruas leher.Temuan tersebut diselidiki pertama kalioleh Dubois. Homo Sapiens
Wajak II ditemukan oleh Dubois tahun 1890 di tempat yang sama, terdiri atas
fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang
paha dan tulang kering.
Berikut ini beberapa
jenis alat dari masa praaksara yang pernah ditemukan di Indonesia.
a. Kapak Genggam
Kapak genggam
diperkirakan merupakan alat yang digunakan oleh manusia jenisPithecanthropus untuk berburu. Struktur dan bentuk alat ini masih sangat sederhana dan
bagian yang tajam hanya terdapat di satu sisi saja. Kapak ini digunakan dengan
cara digenggam. Alat ini pernah ditemukan di Trunyan (Bali), Awangbangkal
(Kalimantan Selatan), dan Kalianda (Lampung).
b. Alat Serpih
Alat ini digunakan
oleh manusia purba untuk menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang. Alat
ini terbuat dari batu. Diperkirakan, alat ini merupakan serpihanserpihan dari
batu yang dibuat sebagai kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran
dan Gombong (Jawa Tengah), serta Cabbenge (Flores).
c. Kapak Persegi
Kapak persegi
merupakan alat yang terbuat dari batu dan digunakan oleh manusia untuk
mencangkul, memahat, dan berburu. Alat ini terbuat dari batu berbentuk segi
empat yang kedua sisinya diasah halus. Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian
berlubang untuk tangkai. Sementara pangkal lainnya adalah bagian yang tajam.
Alat ini banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, mulai dari Sumatra,
Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
d. Kapak Lonjong
Kapak lonjong merupakan
kapak yang bentuknya lonjong. Pangkal kapak tersebut lebar dan tajam, sedang
ujungnya runcing dan diikatkan pada gagang. Alat ini terbuat dari batu yang
telah diasah hingga halus. Kapak lonjong pernah ditemukan di Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua.
e. Menhir
Menhir merupakan tugu
batu yang tinggi. Diperkirakan menhir digunakan sebagai tempat pemujaan oleh
manusia prasejarah.
f. Dolmen
Dolmen adalah meja
yang terbuat dari batu, diperkirakan digunakan sebagai tempat menyimpan sesaji
untuk sesembahan manusia prasejarah.
g. Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti
mati yang terbuat dari batu.
h. Arca
Arca adalah batu yang
dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup tertentu.
i. Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah
benda yang terbuat dari perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar spanyol tanpa
gagang. Alat ini hanya ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan Sumatra.
j. Kapak Corong
Kapak corong adalah
kapak yang terbuat dari perunggu dan bentuk bagian atas mirip dengan corong.
Alat ini pernah ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.
3. Fosil dan Lapisan Tanah
Pulau Jawa memiliki
banyak bukti yang mendukung adanya manusia purba yang menghuninya. Fosil
manusia purba yang ditemukan di Jawa dikenal sebagaipithecanthropus atau manusia kera. Namun, kini para antropolog sepakat bahwa semua fosil
manusia yang ditemukan di Jawa termasuk dalam jenis Homo Erectus.
Situs-situs tempat
penemuan manusia purba yang digali di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang
terpenting adalah Kubah Sangiran Ngandong. Fosil paling tua ditemukan dalam
lapisan-lapisan pucangan di Kubah Sangiran yang berumur 1,7 hingga 8,7 juta
tahun yang lalu.
Kubah Sangiran, dalam
cekungan Sala, merupakan situs “penghasil” manusia purba paling banyak di Jawa
dan memiliki urutan lapisan paling lengkap. Seri Sangiran dimulai dengan
endapan danau zaman Pliesen Muda (Kalibeng Atas), diikuti oleh breksi vulkanik.
Pada zaman Pleistosen Tua, lumpur hitam Pucangan diendapkan dalam lingkungan
rawa-rawa. Fosil-fosil Pithecanthropus paling tua ditemukan dalam
lapisan-lapisan ini. Lapisan penuh fosil dan batu-batu kecil yang dinamakanGrenzbank menandai puncak tempat ini, yang diendapkan sekitar 800.000 tahun lalu,
serta membentuk dasar lapisan kubah yang berasal dari endapan sungai dan gunung
api pada awal zaman Pleistosen Madya. Banyak fosil ditemukan dalam lapisan ini.
Seri geologi teratas merupakan lapisan Notopuro yang terdiri atas breksi
vulkanis dan lahar berumur sekitar 200.000 tahun. Lapis terakhir Sangiran
berupa kerikil yang terbentuk sebelum bukit ini terlipat karena proses
diapirik. Pengikisan Sungai Cemoro kemudian memotong lapisanlapisan sehingga
menyingkap seluruh sejarah geologis Plio Pleistosen daerah tersebut.
Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana,
hanya mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan
penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan
bentuk. Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik
pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi
serpih. Pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan
tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dari batu sebagai perkakas zaman
pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam,
proto kapak genggam, dan kapak genggam. Ada tiga tradisi pokok pembuatan
alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah,
tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran
alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur,
Maluku, dan Papua. Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan
di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara
Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera
ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai,
dan Tamiang.
Kehidupan
sosial
Manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga
Homo Sapiens dari Wajak, menggantungkan kehidup-
annya pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat
tinggalnya harus dapat memberikan persediaan
makanan dan air yang dapat menjamin kelang-
sungan hidupnya.
Mereka hidup berkelompok dengan pembagian
tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu
dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari
tumbuhan dan hewan-hewan kecil. Selain itu,
mereka juga bekerjasama dalam rangka menanggulangi
serangan binatang buas maupun adanya bencana
alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan
merekaAlat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang, dan
tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan
bentuk, sesuai dengan perkembangan alam pikiran
mereka.
b. Masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
lanjut
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk
bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam,
utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah
untuk ditinggalkan, jika dianggap sudah tidak memung-
kinkan lagi tinggal di tempat itu.
1) Keadaan lingkungan
Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat
bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti
untuk memasak makanan, sebagai penghangat
tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada
malam hari.
Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan
Asia Tenggara pada akhir masa glasial keempat,
terputus pula jalan hewan yang semula bergerak
leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan ter-
paksa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah
kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-
bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
2) Keberadaan manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada
permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid
dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah,
dan badak, untuk dimakan.
Di bagian barat dan utara ada sekelompok populasi
dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan
hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di
Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang
lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur
Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara
sekarang, terdapat pula Austromelanesoid
Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu
dan mengumpulkan makanan tingkat
lanjut, mendiami gua-gua terbuka atau
gua-gua payung yang dekat dengan
sumber air atau sungai sebagai sumber
makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan
sebagainya. Mereka membuat lukisan-
lukisan di dinding gua, yang menggambar-
kan kegiatannya, dan juga kepercayaan
masyarakat pada saat itu.
c. Masa bercocok tanam
Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam, mema-
kan waktu yang sangat panjang, karena tingkat kesulitan
yang tinggi. Pada masa ini sudah mulai ada usaha
bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang
terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana
yang didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama
dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan
adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
ketenteraman hidupnya.
1) Manusia
Manusia yang hidup pada masa bercocok tanam di
Indonesia Barat mendapat pengaruh besar dari ras
Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai
sekarang lebih dipengaruhi oleh komponen Austro-
melanesoid.