LAPORAN KEGIATAN
KONGRES PERSAUDARAAN SEJATI LINTAS IMAN
Oleh :
1. Laurencia Hilda Widi Pramudita (X TGB)
2. Devira Yunia (X TF )
3. Elzra Kurnia Nadika ( X TP)
4. Alfin Irawan Darmawan (X TKR)
5. Thomas Dwi Pamungkas (X TKR)
6. Hengky Sutanto (XI TP)
7. Yohana Cynthia Yosefani (XI TP)
8. Herfian Pradityo (XI TP)
9. Yakobus Rhio Widodo (XI TP)
10. Arya Panji Wicaksana (XII TP)
Sekolah Menengah Kejuruan
Pangudi Luhur
2014/2015
Akhirnya acara dimulai pada pukul
16.30, diawali dengan pengumandangan macapat oleh Bapak Hariyadi dan
teman-temannya, dilanjutukan dengan penaburan bunga melati. Acara dilanjutkan
dengan menyanyikan lagu kebangsaan yaitu lagu “Indonesia Raya”. Setelah
menyanyikan lagu kebangsaan kami dipimpin untuk melaksanakan doa pembukaan yang
dilakukan secara Katolik ole Adi Prasetya. Setelah dibuka dengan doa pembukaan
kami menyaksikan penayangan dokumentasi yang berjudul “Indonesia Beragam” lalu
diselingi menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka” yang diiringi oleh saxophone yang
dimainkan oleh Rm. A. Budi Purnomo, Pr. Selanjutnya diteruskan untuk melihat
dokumentasi yang berjudul “Kerusuhan Indonesia”, dilanjutkan dengan kutipan
tentang tokoh-tokoh yang berpengaruh di Indonesia. Acara selanjutnya adalah
menyanyikan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” dilanjutkan dengan sambutan dari katua
panitia kongres yang menyatakan bahwa acara ini merupakan kongres persaudaraan
sejati lintas iman yang pertama di muka bumi. Sambutan yang selanjutnya dari
Rm. Kristanta yang merupaka pastor di Gereja Santo Antonius Muntilan. Acara
dilanjutkan dengan ISOMA (Istirahat, Sholat, Makan). Dipersilahkan pada peserta
untuk menjalankan kewajiban acamanya. Setelah itu kami di persilahkan unutk
menikmati hidangan yang sudah disediaka oleh panitia dan beristirahat untuk
sesi acara selanjutnya.
Setelah
itu acara dilanjjutkan dengan kesaksian tentang persaudaraan yang dipimpin oleh
Rm. Budi yang bertindak sebagai moderator. Yang pertama adalah kesaksian dari
Uskup agung semarang yaitu Mgr. J. Pujasumarta yang menjelaskan tentang bacaan
kitap suci yang mengisahkan Kain dan Habel yang bersaudara. Selanjtunya beliau
menjelaskan tentang filosofi jari-jari tangan (suara hati para jari).
Pernyataan oleh uskup ditutup dengan ungkapan “ Persaudaraan Sejati Muncul Jika
Ada Kasih Di Hatimu”. Kesaksian berikutnya diberikan oleh suster Martha yang
menjalani hidup di pertapaan. Beliau mengungkapkan bahwa setiap manusia
memiliki relasi. Sejak lahir, manusia sudah tergantung pada orang lain. Beliau
mengungkapkan bahwa persaudaraan merupakan suatu anugerah. Acara hari jumat pun
selesai acara ditutup dengan doa dan kami dipersilahkan unutk menuju tempat
penginapan masing-masing. Kami pun kembali ke Wisma Salam dengan menggunakan kendaraan
bus yang kami gunakan untuk menuju ke SMA Van Lith. Sesampainya disana kami
tidak lantas tidur, kami mengobrol dengan teman-teman sesama peserta maupun
panitia yang ada. Selain itu kami juga mencari tempat untuk mengisi daya baterai
handphone yang sudah habis. Hari
sudah larut malam dan rasa kantuk pun menghampiri. Kami pun tidur sekitar pukul
11.30 malam.
Pagi
harinya kami bangun dan saling membangunkan pada pukul 05.00 pagi, selanjutnya
mandi dan bersiap untuk mengikuti acara selanjutnya. Sebelum berangkat kami
dipersilahkan untuk menikmati hidangan sarapan pagi yang sudah disediakan oleh
panitia di Wisma Salam. Setelah selesai makan kami bersama peserta kongres yang
lain menuju bus jemputan yang sebelumnya sudah datang.
Sesampainya
disana kami dipersilahkan unutk langsung menempati tempat duduk yang sudah
disediakan. Kami pun menempati tempat duduk bagian kanan tengah. Tak berapa
lama acara pun dimulai denganpersembahan macapat yang di lanjutkan dengan
pembicaraan oleh para narasumber. Narasumbernya yaitu : Ibu Sinta Nuriyah
Wahid, Ahmad Syafi’i Maarif, Bikkhu Sri Panavaro, dan K.H. Abi Hafsin. Ibu Sinta Nuriyah Wahid
mengungkapkan persaudaraan sejati dimunculkan dengan ketulusan dan rasa empati.
Selain itu beliau juga mengungkapkan bahwa sebaik apapun agama jika tidak
tercermin dalam kehidupan kita, akan percuma karena mengalami disfungsi. Bapak
Ahmad Syafi’i Maarif menyampaikan apa yang terisi dalam buku panduan halaman
25. Bikkhu Sri Panavaro mengtakan persaudaraan itu tidak menuntut ego atau
kepentingan diri sendiri. Ego berarti kebencian atau permusuhan, persaudaraan
sejati berarti pembangunan Indonesia. KH. Abu Hafsin mengungkapkan bahwa
persaudaraan sejati harus berprinsip kemanusiaan dan Tuhan berdialog dengan melaikat
unutk menjadi khalifa. Pembicaraan dengan narasumber diselingi oleh tarian Sufi
yang diiringi oleh Rm. Budi dengan Saxophonenya. Selain itu pesrta juga
dipersilahkan untuk beristirahat sekitar 30 menit untuk menikmati snack dan minum yang sudah disediakan.
Setelah 30 menit paparan dilanjutkan dengan moderator Rm. Agung serta
narasumber Bapak Gunretno dari Sedulur Singkep dan Elga Sarapung dari Kristen.
Bapak Gunretno mengungkapkan tentang persaudaraan sejati yang menurut beliau
adalah satu kesepahaman. Beliau juga mengungkapkan jika saudara mengerti beban
saudaranya sendiri. Selanjutnya adalah Elga Sarapung yang mengatakan perbedaan
SARA itu tidak dipertentangkan. Beliau mengutip dari bacaan kitap suci yaitu
Mazmur 145 : 9 “Tuhan itu baik kepada semua orang”. Tepat pukul 12.00 siang
kami dipersilahkan untuk beristirahat dan bagi umat islam diperkenankan untuk
menunaikan sholat dzuhur. Untuk tempat wudhu dan untuk sholat sudah disedikan
secara khusus oleh panitia. Sekitar pukul 13.00 paparan dilanjutkan oleh
maderato yang adalah Rm. Nugraha Tri dan narasumbernya Bapak Wayan Sumerta dari
agama Hindu serta Ibu Ling-Ling dari agama Konghuchu. Bapak Wayan Sumerta
mengungkapkan bahwa kita semua adalah saudara, selama kita hidup kita semua
harus bersaudara. Tak jauh beda dari itu Ibu Ling-Ling mengungkapkan “Dalam
perbedaaan membawa persaudaraan sejati”.
Sekitar
pukul 16.30 acara dilanjutkan dengan penegasan umum yaitu dengan membagi
peserta menjadi 4 kelompok menurut daerah asal mereka untuk mencari kesimpulan
dari kegiatan. Kami mendapat bagian di kelompok dua yaitu Magelang,
Bayutemumpang, Borobudur, Muntilan, Parakan, Salam, Sumber, Temanggung. Lokasi
diskusi kelompok kami berada di aula Gereja Santo Antonius Muntilan. Dalam
mencari kesimpulan kami diwajibkan untuk menjawab tiga pertanyaan yaitu: (1)
Apa yang anda rasakan sejak awal acara sampai sekarang? (2) Kontribusi apa yang
dapat anda berikan hingga saat ini? (3) Mau kemana acara ini kita bawa di
lingkungan kita? Jawaban kami dikumpulkan untuk selanjutnya digabungkan dengan
kelompok lain dan nantinya dibuat kesimpulan dari keseluruhan untuk dibacakan
saat penutupan pada hari minggu. Setelah acara pengasan umum usai kami
dipersilahkan untuk ISOMA atau istirahat sholat makan. Kami pun menikmat
hidangan yang sudah disiapkan oleh panitia selain itu yang bergama islam
diantara kami juga menunaikan ibadahnya. Setelah berkumpul semuanya kami pun
menuju lapangan yang berletak di depan gereja untuk menyaksikan gelar budaya. Gelar
budaya menampilkan banyak sekali keragaman dan perbedaan yang menjadi satu.
Mulai dari tarian sufi yang berkolaborasi dengan saxophone dari Rm.Budi,
dilanjutkan dengan kelompok Qasidah. Selanjutnya ditampilkan drama oleh para
OMK (Orang Muda Katolik). Sebelum dramanya selesai kami sudah di panggil untuk
menuju bus jemputan karena akan kembali ke Wisma Salam. Sesampainua di Wisma
Salam kami langsung mandi dan setelah mandi kami berbincang-bincang sambil
bermain gitar. Malam pun semakin larut dan kantukpun melanda kamipun segera
bergegas untuk pergi ke kamar dan tidur.
Pada
keesokan harinya kami segera mandi dan berkemas-kemas untuk kongres hari
terakhir. Sebelum berangkat kami menikmati sarapan untuk yang terakhirkalinya
di Wisma Salam. Seusai berkemas-kemas dan sarapan kami segera menuju bus jemputan
kami untuk melakukan perjalanan ke SMA Van Lith. Sesampainya di SMA Van Lith
kami dibagi menurut agama kami masing-masing untuk menunaikan ibadah dan
kegiatan keagamaannya masing masing. Untuk yang beragama katolik berada di
Kapel Van Lith, misa dipimpin oleh Mgr J. Pujasumarta yang merupakan uskup di
Keuskupan Agung Semarang. Setelah melaksanakan kegiatan keagamaan dari
masing-masing agama kami dipersilahkan untuk menyaksikan pertunjukan
konselebrasi penutupan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman. Penutupan
kongres dilakukan dengan sangat meriah, terdapat pertunjukan kesenian jatilan
dan kesenian adat yang lainnya serta pertuntukan tentang burung garuda dan
keragaman bangsa Indonesia. Dalam selebrasi dibacakan pula kesimpulan dari
hasil kongres yang sebelumnya telah dibahas dalam kelompok-kelompok yang dibagi
oleh panitia. Selain itu diadakan pula pemotongan tempe raksasa untuk
dibagi-bagikan selain itu diadakan pula doorprice
bagi yang mendaftar. Setelah puas menyaksikan pertunjukan selebrasi tersebut
kami menyantap makan siang yang terakhir lalu kami pulang kerumah kami
masing-masing.
Post a Comment